Pada
postingan sebelumnya kita telah membaca bagaimana seorang William Tanuwijaya dan rekannya belajar dari kesuksesan para
pendiri google dan facebook.
Walaupun
menghadapi berbagai rintangan dan ketidak yakinan calon investor untuk mau
menggelontorkan dananya untuk memuwujudkan gagasan pendirian Tokopedia.
Sekarang
mari kita lanjutkan menyimak kisah dari Pak William Tanuwijaya.
Why Reinvent the Wheel?
“Sepanjang
tahun 2008, VF kemudian memperkenalkan kami kepada teman-teman pengusahanya.
Dalam setiap kesempatan yang datang, saya dan Leon dengan semangat dan
optimisme tinggi mempresentasikan ide Tokopedia, mulai dari latar belakang,
studi pasar, perkembangan trend, hingga potensi bisnisnya.
Hanya
saja, tidak satupun dari kesempatan tersebut mendapatkan tanggapan positif.
Rata-rata menganggap ide pembuatan sebuah website ecommerce di Indonesia sudah
sangat usang, dan sudah sering coba dilakukan pelaku pasar di masa lalu.
Terutama ketika amazon dan ebay menjadi terkenal di dunia di akhir 90-an.
Banyak pula yang mengingatkan soal dot-com bubble sepanjang 1998-2001 yang
menjadi trauma para investor untuk berspekulasi di bisnis internet.
Adalah
benar, bisnis internet adalah bisnis dengan spekulasi yang sangat tinggi.
Karena yang dijual adalah ide, dimana BEP nya tidak bisa diharapkan dalam waktu
yang singkat. Amazon yang berdiri sejak tahun 1994, e-commerce #1 di dunia pun
baru mendapatkan revenue pertama mereka di tahun 2003. Artinya Amazon
membutuhkan 9 tahun untuk mendapatkan net-income pertama mereka.
Ketika
itu, dalam akhir satu pertemuan, Leon mengatakan kepada saya, tanggapan negatif
yang muncul sebagian besar didasari pada pertanyaan “Why Reinvent the Wheel?”
Buat apa lagi membuat dan mencoba memasarkan sebuah teknologi yang pada
dasarnya sudah pernah dibuat? Bahkan sudah terbukti gagal oleh para pendahulu
yang mencoba mengembangkan e-commerce di Indonesia?
Kami
berdua sepemikiran ketika dilontari pertanyaan tersebut. Jika saja semua pelaku
pasar berpikir seperti ini, maka Google dan Facebook misalnya tidak akan pernah
lahir. Para co-founder Google juga mendapatkan kendala yang sama ketika mencoba
mencari investor. Pasalnya sudah ada search engine pendahulu lewat Lycos di
tahun 1994, Altavista dan Excite di tahun 1995. Bahkan kesemua pendahulu
tersebut gagal dalam generate revenue / membuat model bisnis untuk produk
search-engine mereka. Siapa yang menyangka Google, Inc. kemudian akan menjadi
perusahaan internet paling besar di dunia?
Mark
Zuckerberg, pendiri Facebook juga termasuk pihak yang berani reinventing the
wheel; membuat sebuah website social-networking baru ketika sudah ada myspace
yang lebih dulu populer di belahan Amerika?
Hingga
akhir tahun 2008, tidak satupun calon investor yang kami temui memberikan
telepon balik atau menjadwalkan meeting lanjutan. Hanya satu orang yang tidak
pernah menyerah kepada kami berdua, VF lah orangnya. Secara berkala, di Sabtu
pagi saya sering mendapatkan telepon dari VF yang mengajak saya berdiskusi soal
ide-ide dan masa depan Tokopedia. Ketika calon investor lain mengeksploitasi
kegagalan demi kegagalan yang sudah terjadi dalam bisnis internet di dunia, VF
justru tidak berhenti melakukan riset tentang kesuksesan dalam bisnis internet
dunia.
“The
entrepreneur in us sees opportunities everywhere we look, but many people see
only problems everywhere they look. The entrepreneur in us is more concerned
with discriminating between opportunities than he or she is with failing to see
the opportunities” – Michael Gerber
Misalnya
satu ketika, beliau meminta saya mempelajari tentang rakuten. Saya belum pernah
dengar tentang rakuten sebelumnya, dan ternyata rakuten adalah website nomor 5
yang paling sering dikunjungi orang Jepang (berdasarkan data Alexa), sebuah
mall-online-shopping terbesar di Jepang, memiliki lebih dari 50 juta user
teregistrasi, mempekerjakan sebanyak hampir 4.000 karyawan, merupakan salah
satu dari 10 perusahaan internet terbesar di dunia, dan mencatat keuntungan
lebih dari 1 milyar US dollar per tahun. Satu bukti konten-lokal dengan target
hanya pasar lokal, ternyata bisa mencatatkan prestasi yang tidak kalah dari
para pemain global dengan pasar dunia seperti amazon dan ebay.
Pada
tanggal 6 February 2009, saya dan Leon menandatangani sebuah surat. Surat tersebut
adalah Akte Pendirian PT. Tokopedia dengan komitmen dana yang cukup besar untuk
mengembangkan Tokopedia selama bertahun-tahun. Adalah VF yang akhirnya maju
menjadi investor tunggal untuk mendanai ambisi dan impian kami berdua.
Pada
hari itu, di lantai 3 Rukan Permata Senayan E7 yang akan menjadi kantor PT.
Tokopedia, hanya tersisa dua manusia, Leontinus Alpha Edison, dan William
Tanuwijaya. Keduanya co-founder / direktur PT. Tokopedia, tanpa satu orang
pegawaipun. Maka, perjalanan kami berikutnya pun dimulai. Sebuah misi
mengumpulkan orang-orang dengan semangat yang sama untuk membantu kami
membesarkan sebuah dinasti, dinasti Tokopedia.”
Saya berharap kisah di atas dapat memberi kita pemahaman bahwa tidak ada bisnis yang bertumbuh hanya dengan bermodalkan ide dan kemauan saja. Betapapun bisnis apapun termasuk bisnis online di internet harus didukung oleh pendanaan yang memadai. jadi jika ada iming-iming mendapatkan penghasilan dengan mudah dari memulai suatu bisnis online maka sepatutnya dipertanyakan. Bisa jadi itu hanya scam.
No comments:
Post a Comment
Mari budayakan berkomentar yang membangun. Terima kasih untuk tidak SPAM!